Chapter 2 The New CEO
Hari itu setelah selesai pengurusan perubahan akta dan masalah hukum
lainnya di notaris dan pengacara, Mr. Smith mengajak Jack dan Evelyn menghadiri
rapat dewan direksi. Di rapat tersebut Jack dikenalkan kepada para direksi
bahwa dia menjadi direktur utama (CEO) perusahaan Smith Group, dan Evelyn
diperkenalkan sebagai wakil direktur utama (vice CEO atau acting CEO), jabatan
baru yang belum pernah ada sebelumnya. Setelah mundur dari jabatan CEO, Mr.
Smith menjabat sebagai komisaris utama.
Ruangan menjadi agak gaduh. Banyak yang berbisik-bisik membicarakan
keputusan tersebut.
“Kenapa harus ada wakil CEO? Apa fungsinya?”, tanya salah satu direktur.
“Jack adalah orang yang introvert. Dia kurang pandai dalam menghadapi
orang secara langsung. Jadi harus ada orang yang mendampingi atau mewakilinya
untuk bertemu dengan orang lain”, jawab Mr. Smith menjelaskan.
“Bukankah itu bisa dilakukan oleh para direktur terkait?”, tanya yang
lain. “Apa bedanya dengan asisten CEO, kenapa harus wakil CEO?”, tanya yang
lain lagi. “Jika tidak bisa menghadapi orang kenapa dijadikan CEO?”, tanya yang
lain lagi.
“Secara teori wakil CEO (acting CEO) adalah orang yang menjalankan tugas
sebagai CEO ketika CEO sebenarnya sedang berhalangan atau ketika sedang ada
kekosongan CEO, jadi hanya jabatan sementara yang biasanya dipilih dari salah
satu direktur yang ada sampai CEO yang sebenarnya bisa bertugas lagi atau
sampai ada CEO yang baru. Kenapa ini malah dibuat sebagai jabatan tetap?
Bukankah itu suatu pemborosan? Apakah ini hanya sekedar untuk memberikan
jabatan kepada Ms. Moore? Atau mungkin hanya sekedar untuk memberikan jabatan
kepada Mr. Jack Smith?”, tanya salah satu direktur senior dengan menjelaskan
teorinya.
“Jack adalah penerusku, yang kelak akan mewarisi kepemilikan grup Smith. Sebagai
pemegang saham mayoritas, atau bisa dibilang sebagai pemilik grup Smith, bisa
saja saya memaksakan kehendak menunjuk seseorang sebagai CEO tanpa alasan
apapun. Namun tidak begitu, saya menunjuk Jack karena dia seorang yang jenius.
Aku yakin dia bisa mengatasi masalah-masalah yang timbul dan bisa memajukan grup
Smith. Dia hanya kurang pandai dalam menghadapi orang lain. Padahal sebagai CEO
hal tersebut sangat penting. Maka ditunjuklah Ms. Moore sebagai wakil CEO”,
jawab Mr. Smith menjelaskan. Dia tetap tenang walaupun pertanyaan-pertanyaannya
sudah mulai menyinggung.
“Sebagai bukti, beberapa tahun ini perusahaan kita semakin maju. Itu
karena Jack. Walaupun masih kuliah, dia memberikan ide-ide padaku untuk
kemajuan perusahaan. Dia juga memberikan solusi atas permasalahan perusahaan.
Aku yang mengeksekusinya. Jadi anggap saja Ms. Moore sebagai penggantiku, yang
mengeksekusi apa yang diperintahkan oleh Jack”, lanjut Mr. Smith berusaha
meyakinkan.
“Jadi siapa yang harus kami turuti perintahnya?”, tanya salah satu peserta
rapat mengungkapkan kebingungannya.
“Perintah tertinggi tetap di Jack. Namun belum tentu Jack akan memberi
perintah secara langsung kepada orang yang tidak begitu dikenalnya. Dia akan
meminta Ms. Moore yang memerintahkan. Jika Jack perintah secara langsung, bisa
jadi terjadi salah paham, entah karena maksudnya yang tidak dipahami atau cara
penyampaiannya yang menyinggung perasaan. Disitulah fungsi Ms. Moore untuk
mencegah hal seperti itu terjadi. Jadi jika mendapat perintah langsung dari
Jack yang kurang dipahami, silakan bertanya pada Ms. Moore”, jawab Mr. Smith.
“Jack tidak pandai berbasa basi sehingga perkataannya bisa disalahartikan
atau menyinggung perasaan, padahal hal seperti itu sangat penting dalam relasi
bisnis, sehingga untuk tugas CEO yang bertemu orang lain diwakilkan kepada Ms.
Moore. Jadi perintah Ms. Moore juga harus dipatuhi”, lanjut Mr. Smith.
“Kenapa memberikan tugas sepenting itu kepada Ms. Moore? Anak yang baru
lulus kuliah dan belum ada pengalaman”, tanya peserta rapat yang lain dengan
sinis.
“Karena Ms. Moore sangat memahami Jack dan Jack sangat percaya pada Ms.
Moore”, jawab Mr. Smith.
“Seperti yang kalian tahu, Ms. Moore adalah putri mendiang keluarga Moore
yang saya asuh sejak kecil seperti putriku sendiri. Dia dan Jack tumbuh bersama
sejak kecil seperti saudara kandung sehingga sudah sangat saling memahami dan
saling percaya”, lanjut Mr. Smith menjelaskan.
“Secara sederhananya, Jack sendirian mungkin belum pantas sebagai CEO,
begitu juga Ms. Moore. Namun jika mereka berdua bekerjasama, maka saya yakin
bisa menjadi CEO yang hebat untuk grup Smith. Kami sudah memikirkan ini
masak-masak dan secara legal hukum sudah kita tuangkan dalam akta perubahan,
sehingga jika terjadi apa-apa pada perusahaan, siapa yang harus bertanggung
jawab sudah jelas”, jawab Mr. Smith mencoba meyakinkan anggota rapat.
“Apakah sudah bisa dipahami? Sekarang mungkin belum terlalu paham karena
belum dilaksanakan. Nanti ketika sudah berjalan kalian akan paham”, kata Mr.
Smith sebagai penutupan.
“Baiklah jika sudah diputuskan, kami akan taat”, jawab salah satu direktur
senior, diikuti anggota rapat lainnya dengan anggukan mengiyakan.
Setelah rapat tersebut selesai, diadakan pesta makan siang untuk merayakan
kelulusan Jack dan Evelyn sekaligus merayakan penunjukkan CEO dan Wakil CEO
yang baru.
Comments
Post a Comment